Contoh Kasus dari Faktor Ekonomis, Biologis, Psikologis dan Budaya
1. Contoh
Kasus Faktor Ekonomis
Kejahatan jalanan seperti
penjambretan dan penodongan dilakukan pelaku karena banyak hal. Kesulitan
ekonomi, menjadi salah satu faktor utama alasan pelaku kejahatan melakukan aksi
penjambretan dan penodongan.
"Kebanyakan memang karena
desakan ekonomi. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi
dorongan pelaku kejahatan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol
Rikwanto, Jumat (12/12/2014).
Pelaku kejahatan jalanan ini bisa
dilakukan oleh siapa saja. Tetapi kebanyakan, dilakukan oleh masyarakat di
tingkat ekonomi bawah. Pengangguran, menjadi salah satu golongan pelaku yang
kerap melakukan aksi penjambretan.
"Penjambret ini bisa dilakukan
oleh siapa pun, tergantung niatnya dia. Namun dari beberapa kasus yang diungkap
kebanyakan dilakukan oleh pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan, alasannya
butuh uang karena tidak ada kerjaan sehingga menjambret atau menodong,"
paparnya. Untuk lokasi yang rawan kejahatan jalanan, ini biasanya terjadi di
pusat perbelanjaan, tempat keramaian hingga jalanan umum.
"Orang naik motor juga bisa
menjadi sasaran," tuturnya.
Rikwanto mengungkapkan, kejahatan
jalanan seperti perampasan atau jambret dan penodongan banyak menyasar kaum
hawa. Perempuan rentan menjadi sasaran karena dianggap tidak akan melawan.
Tidak hanya itu, menurut pendapat Rikwanto, kaum wanita memiliki ciri khas
tersendiri dalam membawa tasnya.
"Kebanyakan wanita (jadi
sasaran-red) karena memang wanita cara bawa tasnya itu unik, spesifik ditaruh
di bahu, lengan, ditaruh di motor sehingga si pelaku dengan mudahnya merampas
tas," ungkap Rikwanto.
2.
Contoh kasus Faktor Psikologis
Faktor biologis disebabkan oleh ketidaksesuaian kondisi
lingkungan yang menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis dalam masyarakat.
Kurangnya fasilitas kesehatan yang layak dan susahnya akses pendidikan maupun
ekonomi juga menjadi faktor pendukung terjadinya masalah sosial dalam
masyarakat karena faktor biologis. Masalah sosial yang muncul seperti gizi
buruk, virus penyakit baru, maupun penyakit menular. Penyakit menular dapat
menjadi sebuah masalah sosial ketika penyakit tersebut sudah menular disuatu
masyarakat atau wilayah, seperti wabah ebola, HIV, H2N1, malaria, dan lain
sebagainya.
Sifat dasar manusia yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
berusaha untuk mempertahankan diri juga merupakan faktor biologis yang
menyebabkan munculnya masalah sosial. Masalah sosial yang disebabkan oleh
faktor biologis dapat di cegah dengan peningkatan fasilitas-fasilitas
kesehatan, penyuluhan kesehatan tentang pola hidup sehat dan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan. Penyediaan lapangan kerja dan fasilitas pendidikan juga
dapat menjadi solusi tambahan.
3. Contoh
kasus Faktor Psikologis
5
Siswa SD Akui Aniaya Temannya gara-gara Cetak Gol Bunuh Diri
Kepolisan Resor Kota Kediri,
Jawa Timur, telah memeriksa 10 orang terkait peristiwa penganiayaan yang
menimpa Ta, seorang anak berusia 12 tahun. Anak tersebut menjadi korban
penganiayaan karena melakukan gol bunuh diri saat bermain sepak bola bersama
teman-temannya di sekolah.
Kepala Satuan Reserse
Kriminal Polres Kediri Kota Ajun Komisaris Ridwan Sahara mengatakan, sepuluh
orang yang dimintai keterangan itu terdiri dari 8 anak-anak rekan korban saat
bermain bola dan 2 orang dewasa dari pihak sekolah. Pemeriksaan, lanjut Sahara,
untuk mengetahui duduk perkara sejelas-jelasnya. "Penyidik terus mencari
titik terang kasus ini," ujar Sahara, Rabu (31/1/2018). Dari pemeriksaan
itu, Sahara mengatakan, sudah ada lima anak yang mengakui telah melakukan
kekerasan terhadap korban. Kekerasannya dalam bentuk pukulan, tendangan, hingga
tempelengan.
Sementara pihak guru
mengaku tidak mengetahui peristiwa yang berlangsung pada jam istirahat itu. Meski
demikian, Sahara menegaskan, belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka.
Pihaknya masih fokus pada
pendalaman penyelidikan untuk membuat terang kasus itu. "Penetapan
tersangka membutuhkan pemeriksaan saksi-saksi dan barang bukti," ujarnya.
Penanganan kasus ini, kata Sahara, berbeda dengan penanganan terhadap kasus
kriminal lainnya karena baik korban maupun terlapor masih sama-sama di bawah
umur. Penanganan itu misalnya adanya pendampingan dari orangtua setiap kali
diperiksa hingga ada ruangan khusus untuk mereka. "Selain itu tentu
bagaimana caranya anak terperiksa tidak merasa terintimidasi," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Ta menjadi korban penganiayaan oleh rekan-rekan
seusianya setelah melakukan gol bunuh diri saat bermain sepak bola di
sekolahnya, Sabtu 18 Januari 2018.
4. Contoh
Kasus Faktor Budaya
Budaya
kekerasan penonton fanatik
"Dalam satu pekan tidak ada
kegiatan kompetisi sebelum ada langkah konkrit," kata Ketua Umum BOPI
Richard Sam Berra, di Gedung Kementerian Olahraga, Jakarta, Senin (24/09). Menurut
Richard, insiden ini terjadi berulang kali, dan selama ini tidak ada langkah
serius dalam penindakannya.
Haringga Sirilia adalah korban tewas
ketujuh dalam aksi kekerasan yang mewarnai pertandingan sepak bola antara
Persib melawan Persija, menurut catatan Save Our Soccer sejak 2012. Insiden itu
terjadi pada Minggu siang (23/09).
Korban tewas dalam kurun waktu enam
tahun dari klub yang dijuluki Viking dan The Jak itu menambah panjang daftar
korban jiwa pendukung sepak bola. Sejak tahun 1994 terdapat 70 korban jiwa suporter
sepak bola di Indonesia. Dalam kasus terbaru, Haringga tewas dikeroyok
sekelompok orang di lapangan parkir Stadion Bandung Lautan Api, sebelum
pertandingan berlangsung.
Daftar Pustaka :